Rabu, 17 Juni 2020

Tujuh (Solo, Ngarsopuro)

Pada tulisan ini, aku bingung untuk memulainya.
Ini tentang kamu tentu saja.
masih selalu tentang kamu.
Tentang sebuah tempat yang ingin kamu kunjungi
Berkeliling di kota yang konon banyak seni dan kental tata karma.

Sampai benteng tengah kota, banyak kemerlap lampu-lampu dengan dentuman musik mengayun khas kedai kopi.
Aku tak peduli awalnya.
Tetapi sekilas aku melihatnya.
Ornamen-ornamen khas yang seperti pernah ku jumpai sebelumnya.
Dulu, entah dimana.
Semakin ku dekati, semakin kentara

Ahh... tentu saja itu kamu

Tentu saja.
Aku menemukanmu lagi
Disudut kota ini, dengan tidak kusenggajai...

-Ngarsopuro, 27 Februari 2020

Senin, 15 Juni 2020

Enam

Aku hanya belum menemukan cara bagaimana untuk bisa mengenalmu.

Boleh beri sedikit waktu?
Karena barangkali bukan hari ini.

Aku hanya belum menemukan cara untuk memenuhi setiap kriteriamu. 

Barangkali kamu bisa bantu aku untuk mempelajarinya?

Karena ada hal-hal yang bisa aku usahakan.

Aku hanya belum menemukan caranya

Jumat, 12 Juni 2020

Lima (hiding from the rain)

I am sorry, that the cold breeze which soothes your soul, is also the one which freezes mine.

I am sorry, that the rainfall which floods and drown your parched yard, is also the one which moisten mine.

I am sorry, that the raindrop you dread the most, is also the very one that I long so much.

I really am sorry that a part of me is selfish like that.

-Sabtu, 13 Juni 2020

Senin, 08 Juni 2020

Empat


Ada yang mengendap
adalah tangis yang tak tumpah
hanya menjadi kubangan becek didalam hati
terlantar di jalan seperti kubangan hujan
tak pernah diundang
tak pernah diinginkan
tapi terus datang
terutama saat musim hujan
bukannya aku sayang-sayang air mata ini
hanya sudah lama tertahan
dan jatuh turun terjun bebas
ke dalam jurang tanpa batas
lalu mengendap disana
berhari-hari
berbulan-bulan
bisa jadi selamanya
mengering berbekas tak karuan
                        
                                        - 8 Februari 2020

Tiga


Hujan reda, kamu tidak
Tak pernah lelah meninggalkan jejak
Bagai sebuah cerita
Tak hanya meninggalkan tawa
Ada pula luka disana

Hujan reda, kamu mulai gentar
Seperti suara petir yang membuat Jendela bergetar
Kini sudah tak perih lagi
Saat nanti kau kembali
Aku sudah tak sebegitunya peduli

                                                            -04 Februari 2020

Dua


Aku senang saat kamu mulai bercerita
saat kamu menggerakan kedua tangan kesana kemari
seakan-akan menunjukan tempatmu berpijak
wajahmu sumringah saat cerita-cerita indah
wajahmu yang merengut saat mengenang cerita-cerita kisut.

Aku suka mendengarkan kamu bercerita
tentang petualangganmu menaiki garuda
menabung membeli buah mangga dan kemeja
sampai kejadian-kejadian tak terduga
seakan-akan aku ikut dibelakangmu
tanganku erat memegang tanganmu.

Berliku-liku jalan di Cina
dari ceritamu, selalu membuatku terpana.

Segarnya bersepeda di Jepang
membuatku ikut mengayuh kencang.

Satu foto kereta gantung dari Malaysia
Aku, tentu saja terkesima.

Aku yang tak pernah kemana-mana jadi tahu rasanya
karena kamu bercerita.

                                                                                            -30 Januari 2020

Satu


Kita Pernah sedekat ini untuk sejauh itu membahas masa depan
tentang rumah yang akan kita huni
mobil yang akan kita kendarai
menu masakan tiap pagi
bahkan jumlah anak yang ingin dimiliki.

Namun, sedekat itupun
kita tidak pernah terjadi.

                                                                            - 24 Januari 2020.



Tujuh (Solo, Ngarsopuro)

Pada tulisan ini, aku bingung untuk memulainya. Ini tentang kamu tentu saja. masih selalu tentang kamu. Tentang sebuah tempat yang ingin kam...